Gunung Penanggungan: Keindahan Alam dengan Warisan Sejarah

bagikan

Gunung Penanggungan, dengan ketinggian 1.653 meter di atas permukaan laut, menawarkan kombinasi unik yang menakjubkan dan warisan sejarah.

Gunung Penanggungan: Keindahan Alam dengan Warisan Sejarah

Terletak di Jawa Timur, Indonesia, gunung berapi strato ini terletak di antara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto, sekitar 55 km sebelah selatan kota Surabaya. Meskipun ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan Gunung Arjuno dan Welirang yang berdekatan, Gunung Penanggungan memiliki signifikansi. Dibawah ini akan membahas budaya dan sejarah yang luar biasa, dengan lerengnya yang dihiasi dengan situs arkeologi dari periode Hindu-Buddha.

tebak skor hadiah pulsa  

Keajaiban Geologis yang Memukau

Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur Gunung Semeru karena topografi puncaknya yang menyerupai lanskap berpasir dan berbatu yang luas. Puncak gunung ini terdiri dari kerucut piroklastik yang dilengkapi dengan kubah lava.

Selain puncak utama, ada delapan puncak yang lebih kecil di sekitarnya, termasuk Puncak Gajahmungkur (1.087 mdpl), Puncak Bekel (1.238 mdpl), Puncak Kemuncup (1.227 mdpl), Puncak Sarahklopo (1.275 mdpl), Puncak Semodo (719 mdpl), Puncak Wangi (987 mdpl), Puncak Bende (927 mdpl), dan Puncak Jambe (747 mdpl).

Gunung Penanggungan diperkirakan terbentuk selama kala Holosen dan merupakan bagian dari aktivitas generasi ketiga di kompleks Arjuno-Welirang-Anjasmoro. Lanskap yang beragam ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan dan kesempatan eksplorasi bagi para pecinta alam.

Signifikansi Sejarah yang Mendalam

Gunung Penanggungan dianggap sebagai gunung suci dan perwujudan dari Mahameru, gunung para dewa dalam kepercayaan Hindu-Buddha. Nama “Pawitra,” yang telah dikenal sejak abad ke-10 Masehi, berarti suci atau keramat dalam bahasa Jawa Kuno.

Kitab Tantu Panggelaran menyatakan bahwa para dewa memindahkan Gunung Mahameru ke Pulau Jawa untuk menstabilkannya, dan sebagian puncaknya menjadi Gunung Penanggungan. Keyakinan kuno ini telah menjadikan Gunung Penanggungan sebagai situs spiritual dan budaya yang penting selama berabad-abad.

Lebih dari seratus struktur atau sisa-sisa bangunan telah ditemukan di lereng gunung, terutama di sisi barat hingga utara. Yang berasal dari periode Hindu-Buddha, memberikan wawasan yang berharga tentang sejarah Jawa kuno.

Dukung Timnas Indonesia, Ayo nonton GRATIS pertandingan Timnas Garuda, Segera DOWNLOAD APLIKASI SHOTSGOAL apk shotsgoal

 

Cagar Budaya yang Terpelihara

Kawasan Gunung Penanggungan telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya sejak tahun 2015, yang mencerminkan signifikansi arkeologis dan sejarahnya. Berbagai peninggalan purbakala, termasuk candi, ceruk pertapaan, petirtaan (kolam pemandian suci), dan jalan lintas, ditemukan di berbagai ketinggian di gunung tersebut.

Beberapa struktur penting meliputi Gapura Jedong (926 M), Petirtaan Jalatunda (abad ke-10), Petirtaan Belahan (sekitar 1009 M), Candi Kendalisodo, Candi Merak, Candi Yudha, Candi Pandawa, dan Candi Selokelir.

Candi-candi di Gunung Penanggungan memiliki gaya unik, melekat pada dinding gunung dan dibangun dengan gaya punden berundak, yang mencerminkan arsitektur religius asli Jawa kuno.

Baca Juga:

Jalur Pendakian yang Populer dan Menantang

Jalur Pendakian yang Populer dan Menantang

Gunung Penanggungan menawarkan beberapa jalur pendakian yang populer di kalangan pendaki, masing-masing dengan daya tarik dan tingkat kesulitan yang berbeda. Jalur Tamiajeng, yang dimulai dari Desa Tamiajeng, Trawas, merupakan jalur terpendek dan paling populer, meskipun cukup curam dan menantang.

Jalur Jolotundo, dimulai dari Petirtaan Jolotundo di Desa Seloliman, Trawas, dikenal sebagai “jalur sejarah” karena melewati banyak objek purbakala, menawarkan pengalaman pendakian yang unik dan mendidik. Kedungudi, dimulai dari Desa Kedungudi, Trawas, juga berhubungan dengan jalur Jalatunda dan melewati beberapa candi.

Jalur Wonosunyo, dimulai dari Desa Wonosunyo, Gempol, melewati Petirtaan Belahan. Jalur Ngoro, dimulai dari Kecamatan Ngoro, Mojokerto, dikenal sebagai jalur terberat, yang menarik pendaki berpengalaman yang mencari tantangan fisik dan mental.

Konservasi yang Berkelanjutan

Kawasan sekitar Gunung Penanggungan memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan menjadi pusat industri. Manufaktur yang berkembang pesat, menghadirkan tantangan lingkungan dan sosial. Dalam radius 5 km dari puncak, terdapat hampir 20.000 jiwa, dan dalam jarak 10 km terdapat lebih dari 400.000 jiwa. Menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya.

Gunung Penanggungan terus menarik pendaki, peneliti, dan wisatawan, karena keindahan alam dan warisan sejarahnya. Upaya konservasi sangat penting untuk melindungi situs arkeologi dan lingkungan alam yang unik dari gunung ini. Memastikan bahwa generasi mendatang dapat menghargai keajaiban budaya dan alam Gunung Penanggungan.

Tindakan berkelanjutan, seperti pariwisata yang bertanggung jawab dan keterlibatan masyarakat, sangat penting untuk melestarikan warisan berharga gunung ini. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di ALL ABOUT JAWA TIMUR.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *